Rasa Kesepian Diturunkan Secara Genetis
Kesepian mungkin telah diturunkan oleh nenek moyang manusia yang suka menyendiri
Rasa kesepian yang diderita oleh orang dewasa kemungkinan terkandung dalam gen dan dapat diturunkan.
Tim dari Universitas Free di Amsterdam dan Universitas Chicago menemukan adanya kemungkinan pengaruh gen terhadap rasa kesepian yang dirasakan oleh seseorang. Dengan kata lain, rasa sepi ini bisa jadi diturunkan dari nenek moyangnya.
Penelitian terhadap 8.387 orang kembar identik dan non identik menunjukkan bahwa 50 persen kembar identik dan 25 persen kembar fraternal (kembar tetapi berasal dari sel telur yang berbeda) menunjukkan karakteristik rasa kesepian yang hampir sama. Apakah ini berarti kesepian diturunkan secara genetis?
Menurut para peneliti, rasa kesepian telah ada sejak masa prasejarah - masa berburu dan meramu. Manusia purba dengan sengaja menjauhkan diri dari yang lain agar mereka tidak perlu berbagi makanan. Strategi ini dilakukan supaya mereka bisa makan lebih baik sehingga mampu bertahan hidup dan berketurunan.
Ternyata, strategi itu memiliki kelemahan. Ia menyebabkan manusia memiliki rasa gelisah, permusuhan, pikiran negatif, dan penghindaran terhadap hubungan sosial.
Kelemahan-kelemahan itu ternyata masih ditemui, dan mirip di antara orang-orang kembar. Ketika orang-orang kembar ditanyai tentang setuju atau tidak atas beberapa pernyataan seperti: "Saya sangat cepat kehilangan teman" atau "tidak seorangpun menyayangiku," jawaban-jawaban mereka serupa dengan kembarannya.
Pasangan kembar identik menunjukkan banyak kesamaan pada pernyataan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa gen memiliki fungsi yang cukup besar dalam menentukan perasaan mereka terhadap kesepian.
Profesor Dorret Boomsma, yang memimpin studi mengatakan, "Pengetahuan baru ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan tidak sama pada setiap orang."
Namun, Dr. Arthur Cassidi, seorang psikolog di Institute Belfast mengatakan orang-orang dapat belajar dari keluarga mereka bagaimana bersikap.
Sementara John Cacioppo, yang tergabung dalam studi bersama Louise Hawkley, seorang ilmuwan senior di bidang psikologi dari Universitas Chicago, berpendapat lingkungan yang nyaman memang dapat membantu orang-orang kesepian untuk mengatasi masalah mereka. Tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, pengaruh dari gen yang menurun pada mereka ini lebih kuat. (k-1)
Sumber:
bbc.co.uk/sciencedaily.com
Rasa kesepian yang diderita oleh orang dewasa kemungkinan terkandung dalam gen dan dapat diturunkan.
Tim dari Universitas Free di Amsterdam dan Universitas Chicago menemukan adanya kemungkinan pengaruh gen terhadap rasa kesepian yang dirasakan oleh seseorang. Dengan kata lain, rasa sepi ini bisa jadi diturunkan dari nenek moyangnya.
Penelitian terhadap 8.387 orang kembar identik dan non identik menunjukkan bahwa 50 persen kembar identik dan 25 persen kembar fraternal (kembar tetapi berasal dari sel telur yang berbeda) menunjukkan karakteristik rasa kesepian yang hampir sama. Apakah ini berarti kesepian diturunkan secara genetis?
Menurut para peneliti, rasa kesepian telah ada sejak masa prasejarah - masa berburu dan meramu. Manusia purba dengan sengaja menjauhkan diri dari yang lain agar mereka tidak perlu berbagi makanan. Strategi ini dilakukan supaya mereka bisa makan lebih baik sehingga mampu bertahan hidup dan berketurunan.
Ternyata, strategi itu memiliki kelemahan. Ia menyebabkan manusia memiliki rasa gelisah, permusuhan, pikiran negatif, dan penghindaran terhadap hubungan sosial.
Kelemahan-kelemahan itu ternyata masih ditemui, dan mirip di antara orang-orang kembar. Ketika orang-orang kembar ditanyai tentang setuju atau tidak atas beberapa pernyataan seperti: "Saya sangat cepat kehilangan teman" atau "tidak seorangpun menyayangiku," jawaban-jawaban mereka serupa dengan kembarannya.
Pasangan kembar identik menunjukkan banyak kesamaan pada pernyataan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa gen memiliki fungsi yang cukup besar dalam menentukan perasaan mereka terhadap kesepian.
Profesor Dorret Boomsma, yang memimpin studi mengatakan, "Pengetahuan baru ini menunjukkan bahwa pengaruh lingkungan tidak sama pada setiap orang."
Namun, Dr. Arthur Cassidi, seorang psikolog di Institute Belfast mengatakan orang-orang dapat belajar dari keluarga mereka bagaimana bersikap.
Sementara John Cacioppo, yang tergabung dalam studi bersama Louise Hawkley, seorang ilmuwan senior di bidang psikologi dari Universitas Chicago, berpendapat lingkungan yang nyaman memang dapat membantu orang-orang kesepian untuk mengatasi masalah mereka. Tetapi hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam beberapa kasus, pengaruh dari gen yang menurun pada mereka ini lebih kuat. (k-1)
Sumber:
bbc.co.uk/sciencedaily.com
Labels: Popular Psychology
0 Comments:
Post a Comment
<< Home