Quick Study Centre (1)
November tahun 1999, aku memulai sejarah buat diriku sendiri, aku berusaha mewujudkan impianku, mendirikan sebuah lembaga kursus bahasa asing.
Saat itu yang ada difikiranku aku mempunyai sebuah metode pembelajaran bahasa asing yang sangat efektif, sebuah metode yang aku alami sendiri ketika aku mempelajari bahasa Belanda. Metodenya sebenarnya sangat sederhana, intinya adalah dengan memfasilitasi siswa agar semudah mungkin menghafal kata-kata baru dalam bahasa Belanda. Waktu itu aku belajar bahasa Belanda dari cerita-cerita sederhana yang disusun sedemikian rupa dan dimulai dari bahasan perkenalan. Mengenai metode pembelajaran akan dibahas nanti. Dari ide metode belajar bahasa dengan cepat ini muncul keinginan yang sangat kuat agar banyak orang lain yang ikut mencicipi kehandalannya.
Aku ingin lembagaku membuka program bahasa-bahasa asing yang sering digunakan dalam pergaulan internasional. Maka ditetapkan program-programnya adalah bahasa Arab, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman, Mandarin, Perancis. Diantara semua bahasa itu aku menguasai bahasa Belanda, dan program selebihnya aku harus merekrut teman-teman, untuk itu aku memasang iklan diberbagai tempat, di Koran Kompas dan di kampus-kampus yang ada program bahasanya, seperti Universitas Indonesia, IKIP rawamangun (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Tak sampai seminggu ratusan surat lamaran mengalir ke alamat lembaga.
Sebelum memasang iklan ada satu fase penting yang terjadi, penetuan nama lembaga. Karena untuk memasang iklan aku harus mencantumkan nama lembaga. Tidak mudah menentukan nama lembaga, karena nama ini sekali ditentukan akan dipakai selamanya, tidak bisa trial error, harus dengan one shot. Untuk menentukan nama terlebih dahulu aku menentukan kriteria nama tersebut, saat itu yang ada dipikiranku namanya harus memenuhi unsur :
1. Namanya harus mudah diingat
2. Namanya mengglobal
3. Pendek, hanya terdiri maksimum 6 huruf. Supaya kalau dipasang dibillboard tulisannya bisa besar-besar.
4. Punya arti yang related dengan lembaga pendidikan
5. Punya arti yang related dengan metode pembelajaranku, yaitu metode cepat belajar bahasa, dan sebisa mungkin artinya cepat.
Saat itu yang ada dalam pilihan adalah, Quantum, Quick, Fast. Setelah memasuki babak penyisihan awal, nama Fast akhirnya tereliminasi, karena sudah ada lembaga bahasa yang menggunakannya. Aku suka nama Quantum yang artinya lompatan, arti kata ini sebenarnya masuk ke kategoriku, tetapi kata ini tidak langsung terasosiasi dengan cepat, orang-orang lebih mengenal Quick untuk cepat. Menurutku kata Quick lebih bisa menggambarkan kecepatan. Aku pun memilih nama Quick, Quick Study Centre.
Masa rekrutment masa-masa yang mendebarkan, karena pertamakalinya aku menginterview orang-orang, dan terlebih lagi banyak dari mereka yang lebih tua dariku, sedangkan saat itu usiaku baru 23 tahun. Yang juga membuat aku deg-degan adalah aku harus menginterview kemampuan bahasa calon guru yang aku sendiri tidak menguasi bahasanya. Tapi karena aku orang yang sangat senang belajar bahasa somehow aku bisa membedakan antara orang yang bisa dan sangat bisa, kombinasi pengalaman dan instink aku gunakan saat itu. Dan thanks god aku berhasil merekrut tim guru yang luar biasa. Luar biasa dalam segi kemampuan dan komitmen. Alhamdulilah.... Tim awal itu adalah, sahabat Shafiq dan Mahmud (UI) untuk pengajar program bahasa Arab, Belanda aku sendiri (UI), Jepang Ranu dan Indra (Universitas Dharma Persada), Perancis Herlina (UI) dan Theresia (UNPAD), Mandarin sahabat Hasan (UI), dan Jerman Olivia (UNPAD). Program bahasa Inggris saat itu belum dimulai karena persis disebelah Quick sudah ada lembaga bahasa Inggris, dan ada gejala tidak mengenakkan kalau aku juga membuka program bahasa Inggris, so ditiadakan dahulu.
Setelah mendapatkan tim guru rapat besar pertama diadakan, saat itulah aku menyodorkan konsep belajar QUICK. Dan semua guru diminta untuk menyusun program kurikulum yang selaras dengan metode tersebut.
Bersambung selanjutnya : Masa mencari konsumen
Saat itu yang ada difikiranku aku mempunyai sebuah metode pembelajaran bahasa asing yang sangat efektif, sebuah metode yang aku alami sendiri ketika aku mempelajari bahasa Belanda. Metodenya sebenarnya sangat sederhana, intinya adalah dengan memfasilitasi siswa agar semudah mungkin menghafal kata-kata baru dalam bahasa Belanda. Waktu itu aku belajar bahasa Belanda dari cerita-cerita sederhana yang disusun sedemikian rupa dan dimulai dari bahasan perkenalan. Mengenai metode pembelajaran akan dibahas nanti. Dari ide metode belajar bahasa dengan cepat ini muncul keinginan yang sangat kuat agar banyak orang lain yang ikut mencicipi kehandalannya.
Aku ingin lembagaku membuka program bahasa-bahasa asing yang sering digunakan dalam pergaulan internasional. Maka ditetapkan program-programnya adalah bahasa Arab, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman, Mandarin, Perancis. Diantara semua bahasa itu aku menguasai bahasa Belanda, dan program selebihnya aku harus merekrut teman-teman, untuk itu aku memasang iklan diberbagai tempat, di Koran Kompas dan di kampus-kampus yang ada program bahasanya, seperti Universitas Indonesia, IKIP rawamangun (sekarang Universitas Negeri Jakarta). Tak sampai seminggu ratusan surat lamaran mengalir ke alamat lembaga.
Sebelum memasang iklan ada satu fase penting yang terjadi, penetuan nama lembaga. Karena untuk memasang iklan aku harus mencantumkan nama lembaga. Tidak mudah menentukan nama lembaga, karena nama ini sekali ditentukan akan dipakai selamanya, tidak bisa trial error, harus dengan one shot. Untuk menentukan nama terlebih dahulu aku menentukan kriteria nama tersebut, saat itu yang ada dipikiranku namanya harus memenuhi unsur :
1. Namanya harus mudah diingat
2. Namanya mengglobal
3. Pendek, hanya terdiri maksimum 6 huruf. Supaya kalau dipasang dibillboard tulisannya bisa besar-besar.
4. Punya arti yang related dengan lembaga pendidikan
5. Punya arti yang related dengan metode pembelajaranku, yaitu metode cepat belajar bahasa, dan sebisa mungkin artinya cepat.
Saat itu yang ada dalam pilihan adalah, Quantum, Quick, Fast. Setelah memasuki babak penyisihan awal, nama Fast akhirnya tereliminasi, karena sudah ada lembaga bahasa yang menggunakannya. Aku suka nama Quantum yang artinya lompatan, arti kata ini sebenarnya masuk ke kategoriku, tetapi kata ini tidak langsung terasosiasi dengan cepat, orang-orang lebih mengenal Quick untuk cepat. Menurutku kata Quick lebih bisa menggambarkan kecepatan. Aku pun memilih nama Quick, Quick Study Centre.
Masa rekrutment masa-masa yang mendebarkan, karena pertamakalinya aku menginterview orang-orang, dan terlebih lagi banyak dari mereka yang lebih tua dariku, sedangkan saat itu usiaku baru 23 tahun. Yang juga membuat aku deg-degan adalah aku harus menginterview kemampuan bahasa calon guru yang aku sendiri tidak menguasi bahasanya. Tapi karena aku orang yang sangat senang belajar bahasa somehow aku bisa membedakan antara orang yang bisa dan sangat bisa, kombinasi pengalaman dan instink aku gunakan saat itu. Dan thanks god aku berhasil merekrut tim guru yang luar biasa. Luar biasa dalam segi kemampuan dan komitmen. Alhamdulilah.... Tim awal itu adalah, sahabat Shafiq dan Mahmud (UI) untuk pengajar program bahasa Arab, Belanda aku sendiri (UI), Jepang Ranu dan Indra (Universitas Dharma Persada), Perancis Herlina (UI) dan Theresia (UNPAD), Mandarin sahabat Hasan (UI), dan Jerman Olivia (UNPAD). Program bahasa Inggris saat itu belum dimulai karena persis disebelah Quick sudah ada lembaga bahasa Inggris, dan ada gejala tidak mengenakkan kalau aku juga membuka program bahasa Inggris, so ditiadakan dahulu.
Setelah mendapatkan tim guru rapat besar pertama diadakan, saat itulah aku menyodorkan konsep belajar QUICK. Dan semua guru diminta untuk menyusun program kurikulum yang selaras dengan metode tersebut.
Bersambung selanjutnya : Masa mencari konsumen
Labels: Daily Life
1 Comments:
wah.....benar-benar cita-cita mulia. selamat! salam
Post a Comment
<< Home