Pernikahan di Usia Muda Lebih Bahagia
Jangan menunggu terlalu lama untuk menikah! Sebuah survey mengatakan bahwa kehidupan perkawinan yang bahagia justru didapatkan mereka yang menikah di usia muda, yakni antara 23 hingga 27 tahun.
Saat ini usia rata-rata pernikahan di Amerika dan beberapa negara di dunia adalah 26 tahun untuk wanita dan 27 tahun untuk pria.
Adapun dalam survey di atas dinanyakan beberapa hal seputar pernikahan dan perceraian, termasuk sikap yang berhubungan dengan hidup bersama pasangan dan mengasuh anak. Hasilnya, 88 persen responden mengatakan pernikahan seharusnya menjadi komitmen jangka panjang.
Survey ini dianalisis dan disusun oleh Norval Glenn, seorang profesor sosiologi dari Universitas Texas, untuk National Fatherhood Initiative, yang memberi bimbingan masalah pernikahan dan nilai-nilai keluarga.
Glenn menjelaskan, untuk menentukan tingkat kebahagiaan dan kesuksesan dalam pernikahan, ia menghitung jawaban dari beberapa seri pertanyaan berdasarkan index statistik, termasuk menentukan lamanya pernikahan dan juga usia pernikahan pertama.
Walau penelitian menunjukkan banyak perkawinan usia muda yang bahagia, namun hasil penemuan ini tidak perlu membuat panik mereka yang usianya mendekati 30 tahun, katanya. "Pernikahan-pernikahan itu berjalan dengan baik, tapi mungkin tidak melulu berkaitan dengan usia."
"Kekurangberhasilan yang lain bisa saja disebabkan karena mereka terlalu pemilih atau sebenarnya tidak terlalu berhasrat untuk menikah."
Sedangkan beberapa peneliti lain khawatir hasil penelitian - yang didasarkan survey telepon terhadap 1.503 pria dan wanita berusia minimal 18 di akhir 2003 dan awal 2004 ini - membuat kalang kabut mereka yang tidak memiliki ikatan, maupun mereka selalu berpikir tentang pernikahan.
"Jangan sampai hasil penelitian ini dijadikan sebagai sebuah patokan," kata Stephanie Coontz, seorang profesor bidang studi sejarah dan keluarga di Evergreen State College in Olympia-Washington. "Inti sebenarnya adalah jika Anda memiliki hubungan yang baik dan ingin melakukan pernikahan, tidak ada alasan untuk menundanya."
Andrew Cherlin, seorang profesor bidang sosiologi dan kebijakan publik di Universitas John Hopkins di Baltimore, mengatakan menikah terlalu muda atau terlalu tua memiliki resiko perceraian lebih besar. Namun sekarang, denga makin banyaknya orang yang menunda untuk menikah, maka pemahaman "terlalu tua" itu juga berubah.
"Tahun 1950-an, usia 28 diangap usia yang terlambat untuk menikah. Sekarang, usia itu bukanlah usia yang terlalu tua, yang berarti banyak orang belum menikah yang bisa dipilih menjadi pasangan," katanya.
Sedangkan Frank Frustenberg, seorang profesor sosiolog dari Universitas Pennsylvania, mengatakan pemahaman tentang usia pernikahan dari waktu ke waktu akan terus berubah, sehingga anggapan lama tentang usia ideal pernikahan tidak berlaku lagi. (k-1)
Sumber: USA Today/KCM 19/11/05
Saat ini usia rata-rata pernikahan di Amerika dan beberapa negara di dunia adalah 26 tahun untuk wanita dan 27 tahun untuk pria.
Adapun dalam survey di atas dinanyakan beberapa hal seputar pernikahan dan perceraian, termasuk sikap yang berhubungan dengan hidup bersama pasangan dan mengasuh anak. Hasilnya, 88 persen responden mengatakan pernikahan seharusnya menjadi komitmen jangka panjang.
Survey ini dianalisis dan disusun oleh Norval Glenn, seorang profesor sosiologi dari Universitas Texas, untuk National Fatherhood Initiative, yang memberi bimbingan masalah pernikahan dan nilai-nilai keluarga.
Glenn menjelaskan, untuk menentukan tingkat kebahagiaan dan kesuksesan dalam pernikahan, ia menghitung jawaban dari beberapa seri pertanyaan berdasarkan index statistik, termasuk menentukan lamanya pernikahan dan juga usia pernikahan pertama.
Walau penelitian menunjukkan banyak perkawinan usia muda yang bahagia, namun hasil penemuan ini tidak perlu membuat panik mereka yang usianya mendekati 30 tahun, katanya. "Pernikahan-pernikahan itu berjalan dengan baik, tapi mungkin tidak melulu berkaitan dengan usia."
"Kekurangberhasilan yang lain bisa saja disebabkan karena mereka terlalu pemilih atau sebenarnya tidak terlalu berhasrat untuk menikah."
Sedangkan beberapa peneliti lain khawatir hasil penelitian - yang didasarkan survey telepon terhadap 1.503 pria dan wanita berusia minimal 18 di akhir 2003 dan awal 2004 ini - membuat kalang kabut mereka yang tidak memiliki ikatan, maupun mereka selalu berpikir tentang pernikahan.
"Jangan sampai hasil penelitian ini dijadikan sebagai sebuah patokan," kata Stephanie Coontz, seorang profesor bidang studi sejarah dan keluarga di Evergreen State College in Olympia-Washington. "Inti sebenarnya adalah jika Anda memiliki hubungan yang baik dan ingin melakukan pernikahan, tidak ada alasan untuk menundanya."
Andrew Cherlin, seorang profesor bidang sosiologi dan kebijakan publik di Universitas John Hopkins di Baltimore, mengatakan menikah terlalu muda atau terlalu tua memiliki resiko perceraian lebih besar. Namun sekarang, denga makin banyaknya orang yang menunda untuk menikah, maka pemahaman "terlalu tua" itu juga berubah.
"Tahun 1950-an, usia 28 diangap usia yang terlambat untuk menikah. Sekarang, usia itu bukanlah usia yang terlalu tua, yang berarti banyak orang belum menikah yang bisa dipilih menjadi pasangan," katanya.
Sedangkan Frank Frustenberg, seorang profesor sosiolog dari Universitas Pennsylvania, mengatakan pemahaman tentang usia pernikahan dari waktu ke waktu akan terus berubah, sehingga anggapan lama tentang usia ideal pernikahan tidak berlaku lagi. (k-1)
Sumber: USA Today/KCM 19/11/05
Labels: Popular Psychology
1 Comments:
Nice show, but I'm not buying. Marriage is stupid anyway.
Post a Comment
<< Home